Dia memilih untuk meninggalkan kami. Mungkin dia berfikir akan menjadi lebih baik bila dia pergi kesana. Tapi apa yang terjadi? Kenyataan tidak sesuai dengan angan-anganya. Yang tadinya mereka menjanjikan untuk dia hidup serba enak tpi itu salah besar. Hasil di lapanganpun tidak berlajan dengan janji-janji manis mereka. Dan dia pun menyesalkan hal tersebut. Dia pun berfikiran untuk kembali lagi kepada kami, tapi kami balik menyakinin dia bahwa hal yang sedang dialami dia hanya sebuah proses kecil untuk menjadi lebih baik. Dan kesabaran pun menjadi inti semuanya yang dia lakukan. Akhirnya dia percaya untuk meneruskannya. Dan dia pun percaya suatu saat nantim akan membawa kebahagian untuk kami.
Canda, tawa, riang, sedih, kesal yang tampak setiap hari dari raut wajahnya pun kini sudah hilang. Kami merindukannya tpi apa yang harus kami lakukan? Kami pun tak bisa berbuat apa-apa disaat kami merindukannya. Kami hanya bisa mendengar suaranya dari sebuah percakapan hangat yang mungkin setiap hari terjadi selepas azand Isya.Dan hanya bisa melihat dia dari beberapa foto yang dia kirimkan untuk kami. Mungkin itu cara mengobati rasa rindu kami kepada dirinya. Dan mungkin pun dia melakuakan hal yang sama untuk menggobati rasa rindunya kepada kami.
Malam itu takbirpun berkumandang tpi kami tidak bisa merasakan takbir itu seperti mana biasanya. Ada perasaan yang janggal yang kami semua rasakan. Mungkin disitulah puncak kami merindukannya, disaat semuanya berkumpul tpi kami pun terpisah oleh jarak yang begitu jauh untuk merindukannya. Tapi kami harus sabar untuk menanti kedatangannya dengan seyum indah yang terpancar dari raut wajahnya.
0 komentar:
Posting Komentar