Material handling (MH) merupakan suatu fungsi
pemindahan material yang tepat ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat,
dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan pada posisi atau kondisi yang
tepat untuk meminimasi ongkos produksi. Tujuannya adalah untuk mempermudahtransportasi
dan mempercepat proses produksi.Istilah material
handling sebenarnya kurang tepat kalau diterjemahkan sekedar memindahkan
material. Berdasarkan perumusan yang dibuat oleh American Material handling Society (AMHS), pengertian mengenai material handling dinyatakan sebagai
seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving),
pembungkusan atau pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) sekaligus
pengendalian atau pengawasan (controlling) dari bahan atau material
dengansegala bentuknya (James
Apple, 1990).
Tujuan
utama dari perencanaan material handling
adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan
perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain
(Sritomo, 2000):
1.
Menjaga
atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan
perlindungan terhadap material.
2.
Meningkatkan
keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3.
Meningkatkan
produktivitas.
4.
Meningkatkan
tingkat penggunaan fasilitas.
5.
Mengurangi
bobot mati.
6.
Sebagai
pengawasan persediaan.
Pertimbangan
yang menjadi dasar utama dalam material
handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan
yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (kk.mercubuana.ac.id, 2013):
1.
Pemindahan bahan dari gudang bahan baku
(Receiving) menuju departemen
pabrikasi maupun departemen assembling.
2.
Pemindahan
bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis depatemen yang
lainnya.
3.
Pemindahan
bahan dari departemen assembling
menuju departemen assembling.
4.
Pemindahan
bahan dari departemen assembling
menuju gudang barang jadi (Shipping).
Tata
letak fasilitas berdasarkan aliran produk terbagi beberapa macam. Pola aliran
yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang terdiri
dari
(James Apple, 1990):
1. Straight
line
Pola aliran
berdasarkan garis lurus atau Straight
line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif
sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran bahan
berdasarkan garis lurus ini akan memberikan:
a. Jarak
yang terpendek antara dua titik.
b. Proses
atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
c. Jarak
perpindahan bahan (handling distance)
secara total akan kecil karena jarak antara masing-masing mesin adalah yang
sependek-pendeknya.
2. Serpentine atau zig-zag (S-Shaped)
Pola aliran berdasarkan garis-garis
patah ini sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang
dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Aliran bahan akan dibelokan untuk
menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini dapat
mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang
ada.
3. U-Shaped
Pola aliran
menurut U-Shaped ini akan dipakai
bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi
yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan
fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar
masuknya material dari dan menuju
pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka aliran U-Shaped ini akan tidak efisien.
4. Circular
Pola aliran
berdasarkan bentuk lingkaran (circular)
sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal
aliran produksi berlangsung. Aliran ini juga baik dipakai apabila departemen
penerimaan material atau produk jadi
direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.
5. Odd angle
Pola aliran berdasarkan Odd angle ini
tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada
dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi-kondisi seperti:
a. Bilamana
tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu
kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
b. Bilamana
proses handling dilaksanakan secara
mekanis.
c. Bilamana
keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat
diterapkan.
d. Bilamana
dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas produksi
yang ada.
Pola aliran bahan merupakan suatu pola aliran bahan dalam
aliran suatu produksi dari awal proses produksi sampai proses akhir produk
jadi. Pola aliran bahan adalah gambaran aliran material terhadap
area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya.
Ongkos
material handling adalah
suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktifitas material
dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen ke departemen lain yang
besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu. Satuan yang digunakan adalah
rupiah/meter gerakan. Tujuan dibuatnya perencanaan material handling ini adalah meningkatkan kapasitas, memperbaiki kondisi kerja, memperbaiki pelayanan pada konsumen,
meningkatkan kelengkapan dan
kegunaan ruangan, dan mengurangi ongkos (Sritomo,
2000).
Secara
umum biaya material handling akan terbagi atas tiga
klasifikasi, berikut ini klasifikasi yang akan dijelaskan yaitu (kk.mercubuana.ac.id, 2013):
1.
Biaya
yang berkaitan dengan transportasi raw material
dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang dibutuhkannya. Biaya
transportasi disini merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemilihan lokasi
pabrik dengan memperhatikan tempat dimana sumber material berada serta lokasi tujuannya.
2.
In-lant receiving and storage, yaitu biaya-biaya diperlukan untuk gerakan perpindahan material dari proses satu ke proses
berikutnya, ware housing serta
pengiriman produk lainnya.
3.
Handling material yang dilakukan oleh operator
pada mesin atau peralatan kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di
atas meja perakitan.
Sumber:
Apple, James
M. Tata Letak Pabrik dan
Pemindahan Bahan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1990.
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2000.
http://kk.mercubuana.ac.id,
di unduh pada 27 Oktober 2013