Tigapuluh dua warga sekitar Gunung Merapi meninggal akibat abu panas yang menyembur dari kawah gunung berapi paling aktif di Indonesia ini pada hari Selasa (26/10) sore, padahal seharusnya korban jiwa bisa dihindari.
Letusan Gunung Merapi ini memang sudah diramalkan sejak akhir minggu ketika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menetapkan status siaga setelah terjadi penggembungan kawa.
Media di Indonesia melaporkan status siaga ini membuat pihak berwenang memutuskan agar warga yang berada di lereng gunung itu segera mengungsi sebagai upaya mencegah jatuhnya korban.
Pada hari Senin (25/10) status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi awas setelah penggembungan yang lebih cepat dan lebih besar daripada sehari sebelumnya, perintah yang keluar terhadap warga adalah pengungsian.
Namun, meninggalnya puluhan warga ketika gunung berapi itu meletus menunjukkan bahwa perintah untuk meninggalkan rumah tidak didengar dan diikuti oleh sebagian besar warga di Gunung Merapi.
ALASAN MASYARAKAT LERENG MERAPI ENGGAN MENGUNGSI
- Gunung Merapi merupakan sumber kehidupan yang menjadi sumber nafkah mereka, mulai dari pertanian hingga peternakan. Jadi secara kultural ada semacam ikatan kuat antara masyarakat di sana dengan gunung berapi itu karena mereka merasa aman dan nyaman secara ekonomis. Dengan kata lain mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan sumber mata pencaharian yang sangat penting bagi mereka untuk tinggal di tempat pengungsian.
- Lokasi yang jauh dari pusat kegiatan inti warga membuat mereka tidak bisa melanjutkan pekerjaan sehari-hari ataupun menjaga harta benda yang ditinggalkan.
- Sistem kepercayaan dan persepsi Jawa berbeda. Mau tidak mau harus diakui oleh orang Jawa meski sudah berpendidikan, (mereka) percaya adanya Nyi Roro Kidul. Kalau kita berbicara konsep strukturalisme, konsep itu ada dalam alam bawah sadar. Kenyataannya, sistem kepercayaan ini masih didukung. Sesungguhnya sistem kepercayaan yang saya teliti itu tidak saya anggap sebagai takhayul. (Kalau) memakai kacamata kita, itu dianggap takhayul. Sebagai antropolog, saya harus menanggalkan kacamata saya dan harus memakai kacamata orang yang diteliti untuk mengambil saripati kepercayaan mereka itu.
- Alasan keamanan karena masih adanya kehawatiran akan tempat tinggal yang mereka tinggalkan terhadap tindakan kejahatan.
- Masyarakat disana lebih percaya akan juru kunci Gunung Merapi yaitu Mbah Marijan dari pada perkiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang sudah meramalkan akan terjadinya erupsi. Karena masyarakat disana menganggap bahwa Mbah Marijan dapat menenangkan keadaan gunung merapi seperti tahun 2006 yang lalu.
SOLUSI AGAR MASYARAKAT LERENG MERAPI MAU MENGUNGSI KE TEMPAT YANG LEBIH AMAN
- Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat lereng merapi akan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Gunung Merapi agar masyarakat lereng merapi dapat memahami akan bahaya yang akan ditimbulkan dan mereka akan pergi untuk mengugsi.
- Memberikan jaminan keamanan akan harta yang ditinggalkan para pengungsi lereng merapi.
- Memberikan fasilitas yang memadai di tempat pengungsian.
- Adanya tempat untuk menampung hewan-hewan ternak mereka. Karena bagi para peternak hewan-hewan mereka sangatlah berharga, karena merupakan sumber mata pencarian mereka.
- Adanya kerjasama yang baik antara petugas dan ketua desa agar ketua desa tersebut dapat lebih menjelaskan kepada warganya untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Mungkin bila dari awal ada hubungan yang lebih baik dan solusi-solusi antara pemerintah dan masyarakat disana, korban yang tewas akan erupsi merapi akan jauh lebih sedikit dari pada korban yang tewas sekarang. Jadi hubungan yang baik itu harus lebih ditingkatkan lagi dan harus adanya penyuluhan-penyuluhan yang lebih baik lagi antara pemerintah dan masyarakat lereng merapi.