Rabu, 08 Januari 2014

ONGKOS MATERIAL HANDLING (OMH)



Material handling (MH) merupakan suatu fungsi pemindahan material yang tepat ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan pada posisi atau kondisi yang tepat untuk meminimasi ongkos produksi. Tujuannya adalah untuk mempermudahtransportasi dan mempercepat proses produksi.Istilah material handling sebenarnya kurang tepat kalau diterjemahkan sekedar memindahkan material. Berdasarkan perumusan yang dibuat oleh American Material handling Society (AMHS), pengertian mengenai material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan atau pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian atau pengawasan (controlling) dari bahan atau material dengansegala bentuknya (James Apple, 1990).
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Sritomo, 2000):
1.      Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap material.
2.      Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3.      Meningkatkan produktivitas.
4.      Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.
5.      Mengurangi bobot mati.
6.      Sebagai pengawasan persediaan.
Pertimbangan yang menjadi dasar utama dalam material handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (kk.mercubuana.ac.id, 2013):
1.      Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen pabrikasi maupun departemen assembling.
2.      Pemindahan bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis depatemen yang lainnya.
3.      Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju departemen assembling.
4.      Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang barang jadi (Shipping).
Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produk terbagi beberapa macam. Pola aliran yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang terdiri dari (James Apple, 1990):
1.   Straight line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau Straight line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan:
a.       Jarak yang terpendek antara dua titik.
b.      Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
c.       Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena jarak antara masing-masing mesin adalah yang sependek-pendeknya.
2.   Serpentine atau zig-zag (S-Shaped)
Pola aliran berdasarkan garis-garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Aliran bahan akan dibelokan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
3.      U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka aliran U-Shaped ini akan tidak efisien.
4.       Circular
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Aliran ini juga baik dipakai apabila departemen penerimaan material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.
5.       Odd angle
Pola aliran berdasarkan Odd angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi-kondisi seperti:
a.       Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
b.      Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
c.       Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.
d.      Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas produksi yang ada.
            Pola aliran bahan merupakan suatu pola aliran bahan dalam aliran suatu produksi dari awal proses produksi sampai proses akhir produk jadi. Pola aliran bahan adalah gambaran aliran material terhadap area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya. Ongkos material handling adalah suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktifitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen ke departemen lain yang besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu. Satuan yang digunakan adalah rupiah/meter gerakan. Tujuan dibuatnya perencanaan material handling ini adalah meningkatkan kapasitas, memperbaiki kondisi kerja, memperbaiki pelayanan pada konsumen, meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan, dan mengurangi ongkos (Sritomo, 2000).
Secara umum biaya material handling akan terbagi atas tiga klasifikasi, berikut ini klasifikasi yang akan dijelaskan yaitu (kk.mercubuana.ac.id, 2013):
1.      Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang dibutuhkannya. Biaya transportasi disini merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat dimana sumber material berada serta lokasi tujuannya.
2.      In-lant receiving and storage, yaitu biaya-biaya diperlukan untuk gerakan perpindahan material dari proses satu ke proses berikutnya, ware housing serta pengiriman produk lainnya.
3.      Handling material yang dilakukan oleh operator pada mesin atau peralatan kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.


Sumber:
Apple, James  M.  Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1990.
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan.  Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2000.
http://kk.mercubuana.ac.id, di unduh pada 27 Oktober 2013
 

LUAS LANTAI



Luas lantai adalah luas suatu tempat atau area yang akan digunakan dalam mengelola suatu bahan atau dalam mengerjakan suatu proses produksi (Sritomo, 2000). Luas lantai terdiri dari berbagai luas lantai, antara lain luas lantai bahan baku, luas lantai mesin, dan luas gudang produk jadi. Adapun tujuan menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi yang meliputi gudang bahan baku, yaitu gudang bahan model tumpukan dan rak, fabrikasi dan perakitan, yaitu mesin dan peralatan, serta gudang produk jadi (library.binus.ac.id, 2013).
            Luas lantai gudang bahan baku ini terdiri dari model tumpukan dan rak. Untuk memberi gambaran dari cara penyimpanan bahan baku di gudang, maka perlu digambarkan bagaimana cara penyimpanan material tersebut baik model tumpukan maupun model rak, sehingga luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil perhitungan. Gambaran yang dibuat harus memberi penjelasan mengenai tinggi memuat berapa tumpuk, lebar memuat berapa tumpuk, serta panjang memuat berapa tumpuk.
Menghitung gudang bahan jadi, model tumpukan diperlukan data – data, seperti nomor dari komponen, jumlah komponen per perakitan, tipe material, ukuran per potongan, produksi per jam, dan efisiensi bahan. Langkah - langkah perhitungan luas lantai bahan baku model tumpukan adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan potongan per material (berapa banyak material diterima/dibeli dapat dipotong - potong sesuai dengan ukuran bahan baku yang akan dibuat).
2.      Menentukan material per jam, yaitu material yang harus disediakan dalam satu jam produksi.
3.      Menentukan material per satu periode, yaitu menentukan material dalam satu periode. Penentuan satu periode didasarkan pada periode penerimaan bahan/material, kapasitas maksimum dari bahan dan karakteristik material.
4.      Menentukan material per unit, yaitu material yang akan diterima untuk disimpan dalam gudang.
5.      Menentukan volume kebutuhan, yaitu volume keseluruhan dari material yang akan disimpan di gudang untuk satu periode.
6.      Menentukan luas lantai, yaitu lahan yang akan diperlukan berdasarkan volume hasil perhitungan setelah ditumpuk sesuai tinggi maksimum tumpukan yang diizinkan dan cara penumpukan yang dilakukan. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tinggi tumpukan adalah karakteristik material, alat angkut/cara pengangkutan dan keamanan.
7.      Menentukan kelonggaran, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk penanganan bahan. Penentuan besar kelonggarannya didasarkan pada alat angkut, cara pengangkutan, cara penumpukan, dan dimensi/ukuran material.
8.      Menentukan total luas lantai, yaitu kebutuhan bahan pada gudang model tumpukan setelah ditambah kelonggaran.
Menghitung gudang bahan baku model rak diperlukan data - data, seperti nomor dari nama komponen, potongan per perakitan, tipe material, ukuran kemasan (kardus, kaleng, atau kantong), unit yang tersedia (isi/kapasitas dari satu kemasan material), dan efisiensi bahan. Sedangkan langkah - langkah perhitungan luas lantai bahan baku model rak adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan unit per jam, yaitu kebutuhan kemasan (material) dalam satu jam produksi.
2.      Menentukan material per satu periode, yaitu jumlah kemasan (material dalam satu periode produksi).
3.      Menentukan volume per material.
4.      Menentukan volume kebutuhan, yaitu volume keseluruhan dari material yang akan disimpan digudang untuk satu periode.
5.      Menentukan luas lantai, yaitu lahan yang akan diperlukan berdasarkan hasil perhitungan setelah disimpan dalam rak sesuai dengan tinggi dan lebar maksimum dari rak, serta cara penyimpanan di dalam rak, tinggi maksumun tumpukan yang diizinkan dan cara penumpukan yang dilakukan.
6.      Menentukan kelonggaran, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk penanganan bahan. Penentuan besarnya kelonggaran didasarkan pada alat angkut, cara pengangkutan, cara penumpukan, dan dimensi/ukuran material.
7.      Menentukan total luas lantai, yaitu luas lantai yang dibutuhkan untuk kebutuhan gudang bahan baku model rak setelah ditambah dengan kelonggaran. 
Sebagai gambaran dari cara penyimpanan bahan baku di gudang, maka perlu digambarkan bagaimana cara penumpukan material tersebut, sehingga luas lantai yang dipakai sesuai dengan hasil perhitungan. Gambaran yang dibuat harus memberikan penjelasan mengenai tinggi memuat berapa tumpukan, lebar memuat berapa tumpukan, dan panjang memuat berapa tumpukan. Sehingga jika dijumlahkan material yang tergambar sesuai dengan material per satu periode yang akan disimpan (library.binus.ac.id, 2013).
Luas lantai mesin (pabrikasi dan assembling) juga perlu perhitungan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai antara lain adalah: Nama mesin atau peralatan, Jumlah mesin atau peralatan, Ukuran mesin atau peralatan, Data ini dapat diperoleh dari multi product process chart (MPPC). Pada luas lantai mesin juga perlu diperhatikan luas toleransi dan allowancenya. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan, dan luas allowance diberikan untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang (elib.unikom.ac.id, 2013).
Luas lantai gudang barang jadi harus diperhitungkan untuk dijadikan tempat penyimpanan produk yang sudah jadi. Pada gudang barang jadi terdapat komponen yaitu, meja belajar yang sudah menggunakan kemasan dan lantai untuk kemasan sendiri. Perhitungan luas lantai mesin berguna dalam menghitung mesin yang diperlukan untuk mengetahui luas lantai yang dibutuhkan setiap mesin pada masing-masing departemen yang ada didalam pabrik. Perhitungan yang cermat untuk lokasi dan lebar gang yang merupakan salah satu faktor penting dalam alokasi ruang. Manfaat gang antara lain adalah sebagai tempat perpindahan bahan baku dan barang jadi, perjalanan pekerja, jalan masuk pemadam kebakaran, peletakan ulang dan pergantian peralatan serta sebagai tempat pembuangan scrap (James Apple, 1990).


Sumber:
Apple, James  M.  Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1990.
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan.  Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2000.
http://library.binus.ac.id, di unduh pada 14 Oktober 2013.
http://elib.unikom.ac.id, di unduh pada 14 Oktober 2013.

 
 
Copyright © Tejooo
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com